Beranda, Islami, Quotes, Syair, Doa,

Sabtu, 14 Februari 2015

Usaha dan Doa Menggapai Impian



Kabut tebal dan embun pagi seolah terusir oleh kedatangan mentari yang bersinar sangat cerah. Mentari mengisyaratkan kepada kabut dan embun untuk segera pergi dan datang kembali esok pagi. Sinar mentari yang malu-malu dari ufuk timur akan segera berubah menjadi panas terik. Oh… pagi hari bulan Agustus yang ceria.

Kami  tinggal di sebuah desa kecil di lereng gunung wilis. Kami selalu bangga tinggal di  desa  ini, desa yang selalu penuh kehangatan, sehangat sinar mentari yang mulai naik sepenggalah. Pagi ini berbeda dengan hari biasanya. Jika biasanya bapak-bapak di desa kami bersiap pergi ke sawah dan ladangnya dengan membawa cangkul, maka kali ini mereka tengah sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti perlombaan di desa kami. Ya… hari ini adalah hari peringatan kemerdekaan negeri tercinta kami.

Semangat kemerdekaan bak hembusan angin yang pada awalnya begitu lembut, tiba-tiba berubah menjadi angin kencang yang siap menerbangkan dedaunan ke berbagai penjuru negeri. Semangat kami begitu membara bagaikan lava gunung merapi yang siap tumpah ke permukaan. Layaknya semangat warga di desa kami pagi ini, mereka sangat antusias mengikuti lomba. Semangat luar biasa untuk memperingati hari kemerdekaan negeri ini.

Di sebuah tanah lapang yang luas, tempat diadakannya perlombaan, panitia tengah sibuk mempersiapkan lomba. Berbagai perlengkapan telah siap di sana. Di tengah tanah lapang itu, pohon pinang telah berdiri dengan kokoh mengibarkan bendera merah putih di puncaknya dan berbagai hadiah bergelantung mengelilinginya.

Diantara berbagai lomba yang diadakan seperti tarik tambang, balap karung, pukul air dan makan kerupuk, memang lomba panjat pinang inilah yang banyak diikuti dan paling seru untuk ditonton. Selain karena hadiahnya yang menarik, lomba panjat pinang ini tidak membutuhkan latihan khusus untuk mengikutinya. Yang dibutuhkan hanya semangat pantang menyerah, kesabaran dan kerjasama yang baik. Lomba panjat pinang ini banyak diikuti oleh bapak-bapak dan para anak muda di desa kami.

Satu per satu lomba telah selesai, saat matahari mulai bersiap turun ke peraduannya, tibalah saatnya lomba panjat pinang dimulai. Peserta lomba siap menuju ke tengah lapang dan para penonton mulai memenuhi sekeliling tanah lapang tersebut. Semakin sore semangat kami pun semakin bertambah, sorak sorai dan teriakan seakan beradu menjadi satu. Panitia membunyikan peluit sebagai tanda bahwa lomba telah dimulai, dan kami seketika diam. Seorang bapak-bapak berbadan besar tengah menarik napas panjang, bedoa, mengelap pohon pinang dan kemudian mulai memeluknya dengan erat. Disusul oleh timnya yang satu per satu mulai memanjat. Untuk memanjat mereka membutuhkan temannya sebagai pijakan. Beberapa kali mereka terjatuh, mulai memanjat, terjatuh, mulai memanjat dan hal itu dilakukan berulang kali. Meskipun begitu mereka tidak pernah menyerah untuk mencoba agar dapat mencapai puncaknya. Berbagai strategi telah mereka lakukan tetapi masih tetap terjatuh lagi. Sebagai penonton kami berusaha memberikan semangat kepada mereka agar mereka terus berjuang. Hingga akhirnya seorang bapak berhasil mencapai puncak, bapak itu mencium bendera dan mengikatkan bendera di lehernya sebelum beliau melempar hadiahnya satu per satu ke bawah. Hari ini seolah tak ada satu kesedihan pun menghampiri kami, tawa bahagia telah meliputi desa kami. Acara sederhana yang memberikan kenangan indah ini tak akan pernah terlupakan.

Banyak pelajaran yang dapat kami ambil dari lomba panjat pinang ini. Jika kita mempunyai tujuan hidup, maka teruslah berusaha, jangan pernah pantang menyerah meskipun dalam perjalanannya kita akan sering terjatuh. Tetaplah bangkit !! dan bersabarlah di setiap perjalanan dalam pencapaian tujuan kita. Kerja sama yang baik dan support dari orang-orang di sekeliling kita akan sangat membantu kita untuk mencapai impian kita. Jangan pernah takut untuk bermimpi  dan yang paling penting adalah Berdoalah setiap memulai usaha dalam mencapai mimpi kita, karena usaha tanpa berdoa hanyalah sia-sia.

“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al Baqarah :202)

Jumat, 13 Februari 2015

Cinta Adalah Tanggung Jawab,
Jika engkau tidak bertanggung jawab atas kewajibanmu kepada-Nya
Berarti engkau tidak mencintai-Nya

Fa inna ma’al ‘usri yusraa



Seorang sahabat mengatakan kepada saya, “Lihatlah setiap persoalan hidup selalu dari dua  sisi yang berbeda.”
Hanya satu kalimat itu yang ia katakan dan itupun tanpa sebuah penjelasan di akhirnya. Oleh karena itu maka saya harus berpikir sendiri apa maksud dari kalimat tersebut.
Bicara tentang persoalan hidup, pasti akan banyak membicarakan tentang orang-orang yang frustasi, orang-orang yang mempunyai beban hidup yang berat. Dan Kali ini Saya akan coba membahas sisi lain mengenai persoalan hidup.

Fa inna ma’al ‘usri  yusraa, inna ma’al ‘usri yusraa
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Ash-Sharh : 5-6)

Allah telah mengatakan lewat ayat diatas secara berulang, Agar manusia yakin bahwa Allah akan memberikan kemudahan dibalik kesulitan yang dihadapinya. Allah tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan manusia. Tidak memberikan masalah tanpa adanya jalan keluar. Maka dari itu mari kita coba untuk melihat setiap masalah atau ujian yang kita hadapi dari dua sisi yang berbeda.
Seperti sebuah jungkat-jungkit, mainan anak –anak yang jika diberikan beban berat di salah satu sisi maka sisi yang lainnya akan naik ke  atas . Sama halnya dengan persoalan hidup, jika Allah memberikan cobaan atau ujian yang berat kepada kita maka lihatlah di sisi lain Allah hendak menaikkan derajat kita. Allah hendak menaikkan kita ke kelas yang lebih tinggi, Allah ingin melihat cara kita dalam menghadapi masalah-masalah tersebut. Dengan berbagai masalah dan cobaan maka kita akan bertambah dewasa, bertambah keimanan kita dan bertambah rasa syukur karena setiap cobaan tersebut adalah cara Allah menunjukkan bahwa Allah sangat menyayangi kita.
Bayangkan jika kita hanya melihat masalah dari satu sisi, kita hanya menganggap bahwa Allah itu tidak adil. Allah hanya memberikan sebuah cobaan yang berat yang membuat manusia itu ragu untuk menghadapinya. Manusia seolah tidak yakin akan jalan keluar dan sesuatu yang besar di balik setiap cobaan itu. Malahan manusia semakin tidak percaya kepada Allah, berprasangka buruk kepada Allah, dan menganggap Allah itu tidak adil. Astagfirullah…
Intinya adalah berprasangka baiklah kepada Allah, karena Allah selalu bersama dengan kita. Sesuatu yang besar senantiasa Allah siapkan untuk kita dibalik ujian-Nya.
Semoga Allah ta’ala senantiasa memudahkan dan melancarkan segala urusan kita. Amin !!!

Minggu, 08 Februari 2015

Syukur,,, Membawaku ke Jalan-Mu

“... Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” 
(QS. Al-Ma’idah : 6)

Suatu ketika sehabis sholat subuh saya memejamkan mata dan  bermunajat kepada Allah, saya berdoa memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah saya lakukan, meminta kebaikan di dunia dan di akhirat kelak, dan saya pun mulai mengucapkan syukur atas nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada saya. Saya bersyukur atas nafas yang masih berhembus ini, nikmat kesehatan, pekerjaan yang mapan, kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat merasakan bangku kuliah, keluarga dan sahabat-sahabat yang menyayangi saya dan masih banyak lagi syukur yang saya ucapkan atas kehidupan ini. Hingga tetesan air mata mengalir di kedua pipi saya, Ada sesuatu yang mengetuk hati terdalam saya saat itu, membuat hati saya seolah protes dan mengatakan, “Hanya itu kah bentuk rasa syukurmu ? setelah Allah memberikan lebih banyak dari apa yang kamu minta ?”. Kata-kata itu berulang kali terdengar dan membuat saya malu sehingga akhirnya saya sadar. Nikmat dari Allah itu sungguh luar biasa dan tak terhingga besarnya, tak sepantasnya jika saya hanya mengucapkan syukur dengan lisan tanpa berbuat apa-apa atas nikmat yang saya sendiri pun tak dapat menghitungnya. “ Maka nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan ?”. (Ar-Rahman)  
Dan saat itu pula saya berucap dalam hati, Jika kemarin saya bersyukur hanya dengan lisan atau ucapan, maka hari ini, esok dan seterusnya saya akan bersyukur dibarengi dengan tindakan menuju jalan kebaikan.

Bersyukur adalah dengan melakukan sesuatu secara optimal sesuai dengan kemampuan yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Jika kita hanya mengucapkan dengan lisan, Itu belum bersyukur sepenuhnya. Karena jika kita bersyukur, kita akan mengucapkan dengan lisan dan dibarengi dengan usaha maksimal untuk menjadi lebih baik atau mempergunakan semua yang diberikan oleh Allah secara optimal. 
Itulah syukur yang sebenarnya.